Suatu hari yang sangat cerah tepatnya dimusim panas tahun 2002 jet lee jagon bela diri cina yang sangat terkenal dengan jurus-jurus patokan ularnya menantang sipitung Jagoan bela diri dari Indonesia yang belum terkenal karena masih menggunakan jurus kucing untuk bertanding dalam CAFTA (Competisi antar Fegulat Tanah Asia) yang akan digelar pada tahun 2010. jet lee memang sudah terkenal sebagai dikalangan dunia persilatan kungfunya yang luarbiasa dengan teknik-teknik serangannya yang halus pernah dapat mengalahkan mike tisen dari Amerika Serikat dan pernah juga dapat mengalahkan kiyosaki pesumo asal jepang. Kehebatannya jet li sudah terkenal dimana-mana tak menutup kemungkinan Negara-negara Asian Tenggara.
Tapi ada kiranya yang menyebabkan jet li menantang sipitung pesilat lokal Indonesia yang belum terkenal itu, ternyata jet li melihat di Indonesia pengemarnya sangat banyak sekali sehingga jet li tergerak untuk ke Indonesia dengan cara menantang pesilat Indonesia tujuannya agar jel li mendapatkan penghargaan yang sebesar-besarnya dari para penggemarnya di Indonesia. Sipitung dengan walaupun seorang pesilat lokal tapi tidak bias diremehkan karena kebesaranya badannya dan kekayaannya berpotensi untuk bisa berlatih ilmu-ilmu yang dapat mengalahkan jetli hanya dengan sekali pukul. Singkat cerita keduanya bertemu dan melakukan perjanjian dalam dunia persilatan. Perjanjian tersebut menyepakati bahwa sipitung menerima tantangan jet li dengan syarat pertandingan itu dilaksanakn 8 tahun kedepan, ini dilakukan agar sipitung bisa fokus berlatih, dan jetli harus memberi sejumlah uang yang dapat digunakan oleh pitung untuk berlatih agar kelak bertandingannya bisa imbang.
Keduanya menyepakati perjanjian pertandingan itu yang tertulis dalam perjanjain ACTA 2010 atas nama jet li asal cina dan pitung asal Indonesia. Tanpa piker panjang jet li langsung berlatih agar bisa mengalahkan pitung, dengan giatnya jet li berlatih mulai dari metidasi, berlari-lari naik dan turun gunung, berenang, belajar jurus-jurus terbaru kepada para biksu solin, belajar di alam dengan memperhatikan keadaan alam, dan lain-lain. Jet li walapun seorang pesilat yang luar biasa tapi tidak mau begitu saja menyepelekan waktunya untuk bersantai-santai, jetlipun sesekali membaca buku-buku para pendahulunya seperti bruce lee, wong fei hung, master chan dan lain-lain, setelah jetle habis membabat buku-buku pesilat pendahulunya jetli langsung mempraktekannya di alam terbuka, berbagai jurus-jurus peninggalan pesilat legendaris cina berhasil dikuasainya. Selain itu jetli belajar dari para pesilat pendahulunya jetli juga dengan senang hati kelawan-lawan sebelumnya seperti belajar sumo dijepang, belajar tinju dibarat dan sesekali belajar pula silat ala Indonesia. Kini semua teknik-teknik beladiri seluruh Negara baik abad klasik ataupun abad modern sudah dikuasai jetli dan kini jet li yakin menang.
Sementara jetli sedang sibuk berlatih, coba kita lihat apa yang dilakukan sipitung dengan uang modal dari jetli. Setelah pulang dari perjanjian itu pitung langsung bantins stir dia pergi ke suatu universitas persilatan rancangan standar internasional yang dirancang 1990 tapi belum di resmikan oleh dunia intenasional. Si pitungpun dengan uang yang didapat dari jet li langsung dengan suka hati mendaftaf di universitas tersebut selama 8 tahun pitung dijanjikan lulus menjadi professor atau ahli dunia persilatan. Hari demi hari sipitung kuliah di universitas tersebut, tetapi setelah bebarapa tahun pitung merasa aneh dengan sistem pendidikan di universitas tersebut yang selalu teori dan teori.
Semester pertama teori filsafat ilmu silat, semester kedua teori ilmu persilitan dan tenaga dalam, semester ketigaa teori cabang-cabang ilmu silat, semester selanjutnya pitung diajari teori-teori memukul, menendang, bertahan dan menyerang terus menerus sampai semester akhir pitung hanya diajari teori dan teori, belum pernah sekalipun pitung diajari untuk terjun kelapangan berlatih jurus-jurus yang dulu sempat diajari oleh bapaknya jambang. Semester akhirpun telah usah level S1 dalam waktu 4 tahun berhasil ditamatkan sipitung dengan nilai yang sangat memuaskan pikirnya IPK sebesar 4.09 berhasil diraihnya. Selanjutnya sipitung menempung pendidikan pascasarjana persilatan atau bahasa kerennya S2 dalam waktu 2 tahun, ternyata di level S2 pun sipitung belum pernah praktek dilangangan bertarung di turnamen lokal atau sekedar latihan berkelahi dengan sesama mahasiswa, hari demi hari jetli lewatkan untuk belajar teori persilatan dan memperdalam analisis teori persilatan, sampai akhirnya sipitungpun berhasil menyelesaikan pendidikan S2nya dengan ditandai penulisan disertasi bejudul analisis serangan tenaga dalam untuk menjatuhkan lawan sekali pukul berkat hasil disertasinya pitungpun dianugerahin gelar master dan berhak mendapat beasiswa S3 atau bisa disebut kuliah doctoral selama 2 tahun, selanjutnya dengan melihat sisa-sisa tahun perjanjian CAFTA yang semakin dekat pitungpun berlari belajar menyelesaikan pendidikan terakhirnya di universitas persiltan Indonesia yang berstandar ISO ORE BISO yang sedang dirintis untuk masuk Word Class University, selama 2 tahun ini pitung banyak membuat tulisan-tulisan dan buku-buku tentang teori-teori dunia persilatan. Akhirnya waktu yang disebutkan dalam perjanjian CAFTA itupun tiba dan pitung sudah berhasil menjadi professor silat Indonesia yang sudah hafalan berbagai teori, sudah mengarang berpuluh-puluh buku dan sudah beratus-ratus penelitian tentang dunia persilatan.
Tahun 2010 pun tiba kini pitung dan jetli sudah berhadap-hadapan, bisa dilihat penampilan jetli yang sederhana, berotot kekar karena sering berlatih, dan bergaya dengan lincah wacau-wacau ala pesilat lincah. Sedangkan kita lihat sipitung yang berpenampilan sangat rapih layaknya para professor memakai jas, celana bahan, kemeja putih, berdasi, sepatu hitam mengkilap, dan lengkap dengan koper berisi berbagai macam buku-buku persilatannya, detik-detik pertandinganpun akan dimulai jetli yang sibuk memanaskan otot-ototnya dengan beberapa kali memecahkan batu bata dengan kepalan tangannya, sementara pitung memanaskan otaknya dengan membaca dan menghapal berbagai teori persilatan.
Pertarunganpun dimulai professor yang sangat pintar berteori berusaha menerangkan berbagai ilmu dengan sangat bagus, sayang sekali dalam dunia persilatan ternyata teori-teori itu tidak berlaku, yang berlaku justru prakteknya. Akhirnya dengan sekali jotos jetli berhasil menjatuhkan pitung, penonton memberi tepuk tangan kapada jetli, pitungpun bangun rupanya sipitung hendak mengeluarkan jurus pamungkasnya, pitungpun membuka buku-bukunya untuk mencari jurus-jurus yang pas, tanpa disadari jetli dengan gesit menendang tubuh pitung yang sibuk membaca buku itu, akhirnya pitungpun sadar bahwa hidup di dunia persilatan itu tidak perlu teori dan buku-buku tapi hanya perlu skill atau jurus untuk mengalahkan musuh. Pitung merasa menyesal telah menempuh pendidikan yang bersistem berbasis teori itu, pitung ingin rasanya membatalkan perjanjian itu tapi sungguh sangat malu baginya. Akhirnya pitung dengan sisa-sisa tenaganya berusaha bangun dan mengingat jurus-jurus yang waktu kecil diajari oleh ayahnya jampang, dengan jurus itu pitung berhasil menyeimbangi jetli dalam beberapa menit saja dan selanjutnya karena jetli menguasai beberapa jurus dari berbagai dunia, akhirnya jetli pun menang dan memukul telak pitung dalam waktu yang relative sangat singkat.
Keterangan Cerita:
Cerita pendek ini adalah gambaran Indonesia dan cina yang menjalin perjanjian dalam CAFTA 2010, dalam ke optimisannya Indonesia berkoar akan menyeimbangi perdangan atau produk cina dengan menerapakan pendidikan wirausaha di berbagai universitas khususnya fakultas ekonomi, disayangkan sistem perkuliahan di Indonesia lebih menekankan pada pengusaan teori disbanding teknik wirausanya. Akhir walapun Indonesia banyak sarjana ekonomi tetapi Indonesia tetap kalah dengan cina walapun cina tidak memetingkan pendidikan formal, bagi cina pendidikan wirausaha itu ya menjadi pedagang yang rela panas-panasan demi menjual barang, bukan demi duduk di bangku kuliah memegang pulpen dan membaca buku teori-teori wirasauaha yang ujung-ujungnya menjadi orang yang pandai berdebat ketimbang orang yang pandai berwirausaha.
Cerita ini bukan merendahkan tokoh pitung dalam penokohon lakon, tetapi pitung itu adalah sebagai pahlawan-pahwalan ekonomi Indonesia yang pintar berteori ketimbang praktek dilapangan. Saatnya rakyat Indonesia tersadar bahwa realita itu tak butuh teori tapi butuh pengalaman dan keahlian. Kekalahan telak pada ACTA 2010 ditandai dengan banjirnya berbagai produk cina yang sangat murah dan inovatis harusnya menjadi pukulan berat untuk kita semua untuk bisa bersaing dalam dunia wirausaha dengan berusaha mendongkrak sistem pendidikan Indonesia yang berbasis teori dengan menyeimbangi dengan praktek riil dilapangannya. Berwirausaha itu bukan hanya berdagang saja yang mungkin saat ini kurang dihargai, tetapi berwirausaha itu membuat produk, mendesain prouduk, menganalisis pasar, mengatur keuangan, mengatur SDM, mengatur SDA dan setelah itu baru menjual produk jadi yang inovatif dan satu lagi produk itu jangan hanya disempitkan pengertian barang riil saja tetapi produk itu bisa juga jasa.
Ditulis oleh: Aris Amrullah
Mahasiswa Ekonomi ManajemanUntirta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar